Pages

Sebuah karya dari anak bangsa berupa bakat terpendam barangkali dapat bermanfaat bagi siapa saja yang suka.

KATA-KATA MUTIARA

Oleh : Imam Supriadi)

A. PERIHAL KEBENARAN :

1. Kebenaran bukan diukur dari banyak dan sedikitnya orang yang berpendapat melainkan diukur dari kedalaman hati yang paling dalam yakni Hati Nurani.

2. Nyatakanlah yang benar itu Benar dan yang salah itu Salah, walau pahit sekalipun.

3. Menyatakan kebenaran tidak mesti berbuah pada hari yang sama.

4. Mengusung kebenaran pastilah banyak tentangan dan tantangannya.

5. Kebenaran sejati hanya ada di akhirat kelak. Tetapi kebenaran di dunia bukanlah tidak diperjuangkan, meski banyak tentangan dan tantangannya.

6. Berbuat kebaikan belum tentu berbuah kebenaran, tetapi yakinlah jika berbuat kebenaran akan berbuah kebaikan.

B. PERIHAL CINTA :

1. Mencintai seseorang tidaklah harus mengorbankan segala-galanya, karena akan berakibat mencintai dengan secara membabibuta.

2. Cinta tidak diukur dari seberapa banyak orang yang dicintai telah memberikan harta dan bendanya, melainkan seberapa dalam ketulusan hati yang telah diperlihatkan untuk yang dicintainya.

3. Orang yang beriman mengukur cintanya berdasarkan tuntunan Al-Qur’an dan Al-Hadits.

4. Orang yang beriman itu cintanya semata hanya untuk Allah dan Rosulnya, bukan untuk kekasihnya atau siapapun yang bisa menjebaknya menjadi imannya berat sebelah.

5. Isteri yang sholihah adalah isteri yang bersolek karena tuntunan Al-Qur’an dan Al-Hadits. Artinya, ia bersolek karena untuk kebutuhan suami tercinta, demi menjaga keutuhan cintanya kepada suami tercinta.

6. Cinta karena nafsu akan cepat pudar, tetapi Cinta karena Iman akan tetap langgeng.

7. Isteri yang setia adalah isteri yang bisa menjaga martabat suami dan dirinya.

8. Berbahagialah sepasang kekasih yang bisa selamat sampai ke pelaminan karena telah menjaga ‘harta’ yang paling berharga, karena ‘harta’ itu hanya diberikan ketika ijab qobul selesai diucapkan dihadapan Penghulu, Wali dan Para Saksi.

Senin, 12 Oktober 2009

KARYA TULIS

SEBAB-SEBAB TERJADINYA PERCERAIAN

PENDAHULUAN

Adalah sunatullah bahwa setiap manusia harus memiliki pasangan hidup. Sebagaimana Allah telah menciptakan langit dan bumi, semua yang ada dipermukaan bumi ini diciptakan berpasang-pasangan. Ada pagi berpasangan dengan sore, siang dengan malam, wanita dengan pria; hitam dengan putih, atas dengan bawah, kiri dengan kanan, dan lain sebagainya.

Ketika manusia sudah berpasang-pasangan, yakni lelaki berpasangan dengan perempuan dalam suatu ikatan perkawinan, maka mulailah suatu kehidupan baru. Seorang lelaki yang disebut sebagai suami adalah memiliki tanggung jawab untuk menafkahi isterinya dengan segenap kemampuannya, sedangkan seorang perempuan yang disebut sebagai isteri adalah memiliki kewajiban untuk berbakti kepada suaminya dan menjaga martabat dan harga dirinya. Hak dan kewajiban itu bila dijalankan dengan rasa ikhlas, akan membawa kedamaian, ketenteraman dan juga kesejahteraan.



Manakala salah satu dari mereka mulai berpaling dari pasangannya dan berbuat diluar aturan pernikahan (agama dan juga adat istiadat), sebagai konsekuensinya adalah keributan yang melanda rumah tangga mereka. Tatkala sang isteri berselingkuh, ditimpali dengan suami juga berselingkuh, kekisruhan demi kekisruhan akan terus mewarnai kehidupan mereka berdua. Belum selesai dengan masalah yang ada, timbul lagi masalah yang lain. Jika penyelesaiannya adalah perceraian, maka yang harus mereka tanggung adalah kehancuran rumah tangga mereka, bahkan menyisakan kebencian diantara mereka.

Melalui sebuah pengamatan yang panjang dan cukup membuat penulis untuk menuangkan ke dalam sebuah tulisan, bukanlah hal mudah, dikarenakan kesibukan penulis sebagai Auditor. Selain itu penulis pun mulai tahun 2007 melanjutkan studi ke tingkat yang lebih tinggi lagi yakni bangku kuliah. Kuliah yang penulis ambil adalah bidang hukum, sehingga fokus untuk menulis banyak terganggu.

Disamping itu untuk mendukung tulisan ini, penulis berusaha mencari banyak referensi, baik lewat bacaan-bacaan yan ada sampai mengunduh data dari internet, yang kebetulan sudah tersedia di kantor. Untuk itulah saya mohon kritikan dan juga koreksi andai dalam penyajian tulisan perdana ini banyak dijumpai kekurangan disana sini, baik dari segi materi maupun segi bahasa. Tak lupa penulis ucapkan banyak terima kasih atas perhatian semua pihak

BAB I
MEMILIH SEBUAH JALAN HIDUP

Bermula dari perkenalan antara dua hati yang berbeda jenis, mereka saling menjajaki untuk bisa hidup berdua nantinya, entah kapan hal itu akan terjadi, itupun jika tuhan menghendaki. Sebuah proses kemudian berjalan seiring berjalannya sang waktu. Mereka menjalin cinta ada yang karena pandangan pertama, namun ada juga karena lewat sebuah perkenalan yang cukup lama, yang semula hanya berkawan biasa, lama kelamaan berubah menjadi simpati dan akhirnya jatuh cinta.

Cinta itu memang unik dan antik, terkadang benci dan dilain waktu timbul rindu. Bak sebuah lagu, benci tapi rindu. Sebuah pilihan hidup harus dilakukan dan ditentukan, baik itu pilihan yang sulit maupun yang rumit; pokoknya harus ada pilihan.

Sebagai makhluk hidup sudah barang tentu harus mengikuti sunatullah, sebagai tuntunan dalam mengarungi hidup yang penuh perjuangan. Tuntunan itu berupa ajaran agama, yang berupa perintah dan larangan, sehingga setiap diri terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.

Sunatullah yang berlaku bagi umat manusia adalah tali perkawinan. Ikatan dua hati antara dua makhluk hidup yang berlainan jenis, perempuan dan lelaki, yang membentuk sebuah keluarga, yang sudah barang tentu sebuah keluarga yang mawaddah warohmah, penuh siraman kasih sayang dan ridho illahi robbi.

Bahtera rumah tangga yang direncanakan tentunya sebuah rumah tangga yang bahagia, aman dan tentram, yang diliputi keberkahan, cinta kasih, rasa saling memliki, rasa saling menjaga perasaan pasangan, rasa saling menghormati, dan sebagianya.

Jika sang ‘nakhoda’ piawai dalam mengemudikan perahu layarnya, niscaya penumpangnya akan selamat sampai tujuan, namun bila sang ‘nakhoda’ tidak piawai, kemungkinan karam atau kandas bisa terjadi, maka kehati-hatian dalam mengemudikan kapalnya sang ‘nakhoda’ wajib mengetahui dan memahami rambu-rambu, seperti tutur kata yang baik dan santun, bijak, jujur, setia, dan sebagainya.

Suami yang menjadi kepala rumah tangga bisa disebut sebagai direktur, sdangkan isteri bisa disebut sebagai ‘bendahara’ atau ‘menteri keuangan’ dalam sebuah lembaga kenegaraan. Sebagai ‘menteri keuangan’, isteri harus bijak mengatur pengeluaran atau belanja dari uang yang diserahkan oleh suami, agar manfaat yang maksimal bisa diperoleh. Harga barang yang melonjak isteri harus melaporkannya kepada ‘sang komandan’ atau murahnya harga barang yang diperoleh, suami juga perlu mengetahuinya.

okoknya segala aktivitas apapun harus melalui musyawarah dan mufakat. Jangan sebagai isteri melakukan pengeluaran tanpa memberitahukan atau melaporkan keapada suaminya; apalagi ketika uang itu akan diberikan ke ‘pihak lain’ (adik, kakak maupun orangtua), supaya terhindar dari percekcokan.

Suami di rumah ketika pulang dari bekerja mendapatkan isterinya bermuka masam atau tidak menegur dengan sepatah katapun, akan berakibat suami tanda tanya, ada apa gerangan dengan isteriku tercinta?
Itulah sekilas peristiwa dalam keluarga, yang akan dibahas lebih dalam uraian selanjutnya.

Mempersiapkan Diri Sebelum Perkawinan
Ketika diri akan menikah dengan calon pasangan yang diidamkan, adakah kita mempersiapkan diri jauh-jauh hari untuk menyongsong hari yang sangat penting dalam hidup kita? Mungkinkah melakukan persiapan itu penting? Lalu, persiapan apa saja yang harus kita lakukan?

Sangat sederhana dan tidak rumit, kalau kita memang menganggap perlu segala sesuatunya guna menyongsong ‘hari bahagia’ itu. Bagi pasangan yang menginginkan melakukan persiapan, penulis memberi tips atau resep yang dimaksud.

Ada tiga hal yang harus dipersiapkan, yakni mempersiapkan uang atau dana. Sebagai bekal untuk melamar sampai merayakan pesta pernikahan dan akhirnya biaya untuk hidup selanjutnya. Kedua, mempersiapkan diri secara fisik, agar senantiasa sehat wal afiat. Hal ini sangat penting, karena jika sudah menikah, kita tentu akan melayani suami atau isteri kita, baik dalam kegiatan sehari-hari; apalagi ketika suami atau isteri kita menginginkan hubungan intim atau hubungan sex.

Apakah kita rela, kalau kondisi badan kita dalam keadaan tidak sehat atau fit, atau bisakah pelayanan kita maksimal terhadap pasangan kita, ketika kita memang sedang sakit-katakanlah sedang sakit ringan berupa flue atau selesma, atau hanya sekedar lelah sehabis bekerja.

Kesehatan itu perlu dan sangat perlu, maka jadikanlah itu perhatian yang utama, karena itu sarat mutlak dalam setiap aktivitas rutinitas atau kesaharian kita. Ketiga, mempersiapkan diri secara mental, artinya adalah, ketika dalam masa-masa sulit kita bisa mengukur kemampuan kita, kita bisa menyelesaikan persoalan apapun yang membelenggu diri kita. Hadapilah semuanya dengan kesabaran dan keikhlasan, niscaya kita berhasil mengatasi persoalan yang datang dalam bentuk apapun juga.

Itulah tiga tips yang dapat dimanfaatkan pleh setiap calon pasangan yang hendak menikah, agar setelah mengetahui tiga hal penting ini, segera dapat mewujudkannya dalam setiap tindakan yang akan diambil.

Mencita-citakan Hidup Rumah Tangga yang Harmonis
Setiap insan yang mengikuti sunatullah, yakni menikah secara aturan agama dan norma umum, pasti menginginkan kehidupan rumah tangganya harmonis. Hanya saja cara masing-masing orang melakukannya memiliki kiat-kiat tersendiri.

Ada yang menginginkan memiliki anak hanya dua orang saja, ada yang menginginkan memiliki anak lebih dari dua orang, baik laki-laki maupun perempuan, bahkan ada yang berapapun terserah yang maha kuasa memberinya, asal yang terpenting mempunyai keturunan; apalagi keturunan itu sehat wal afiat.
Kemudian ada yang mengidam-idamkan mempunyai rumah sendiri dan dari hasil keringat sendiri, begitu juga ada yang berharap dapat memiliki sebuah villa yang mewah nan megah.

Begitu banyak harapan-harapan dari setiap insan dalam mengarungi bahtera rumah tangga, bila kelak sudah berkeluarga.
Rumah tangga yang harmonis harus dijalin dengan komunikasi timbal balik, saling memberikan yang terbaik bagi pasangannya, seperti saling mencintai, saling menyayamgi, saling menghargai, saling memberi dan menerima; setia, jujur, menjaga kehormatan diri dan pasangan, dan sebagainya.

Seorang isteri ingin dihargai dalam mengajukan pendapatnya, sesuai juga dengan keinginan suami yang ingin dihargai pendapatnya oleh sang isteri. Mendengar semua perkataan isteri akan apa yang dimaksud, dan jangan memotong sebelum kalimatnya selesai atau habis, begitupun suami sebaliknya.

Mendengar barang sejenak tak ada salahnya, agar pasangan kita tidak timbul emosi. Jagalah perasaan pasangan kita, kendati ada keinginan yang juga perlu di dengar; biarkan yang diungkapkan itu dapat ditangkap maknanya. Namun, seandainya tidak dimengerti, tanyakan apa maksud perkataannya.
 
Jika semua hal itu dilakukan dengan perasaan ‘legowo’ atau ikhlas, niscaya akan damai-damai saja. Niat yang baik serta didukung dengan keikhlasan, memiliki arti yang sangat penting dalam menjalin kasih sayang antar pasangan. Jika keikhlasan senantiasa tertanam dalam hidup kita, niscaya amalan itu akan berbuah atau bernilai ibadah.

Memahami Calon Pasangan/Pasangan
Sebelum menikah, ada baiknya mempelajari watak atau karakter calon pasangan, begitupun setelah menikah, tak ada salahnya memahami pasangan, apa yang diinginkan oleh pasangan kita, tak perlu berhenti untuk memahaminya.

Ketika berpacaran, sesungguhnya disinilah kesempatan kita untuk mengetahui latar belakang dirinya, juga latar belakang keluarganya. Belajar, belajar dan belajar, belajar memahami lingkungan keluarganya, sifat-sifat buruk dan sifat-sifat baik yang melekat pada dirinya. Beruntung bila kita menemui banyak sifat-sifat baik, akan tetapi seandainya kita mengetahui sifat-sifat buruknya, tak ada salahnya kita berusaha untuk mengantisipasi dan berusaha memberitahukan perilaku buruknya, dengan memohon untuk merubahnya, agar tidak merugikan diri sendiri dan juga orang lain.

Kepribadian seorang lelaki jelas berbeda dengan kepribadian seorang wanita.
Mengenal karakter wanita menurut As-Sunnah adalah seperti yang disebutkan:
Perbedaan yang ada jangan dijadikan penghalang atau penghambat hubungan kasih asmara, sepanjang itu bukan perbedaan dalam hal keyakinan atau agama yang dianut oleh masing-masing pihak.

Dalam hal ini tentu akan membawa konsekuensi yang cukup rumit atau sulit untuk dipecahkan, terutama menyangkut pembagian hak waris, hak perwalian anak serta hak asuh atas anak.
Kalau cuma perbedaan penghasilan, itu hal yang lumrah, karena biasanya pihak lelaki itu lebih besar penghasilannya, namun di pihak perempuan pun ada yang memiliki kemampuan ekonomi yang tak terbatas, seperti wanita karier pada umumnya.

Intinya memahami pasangan dengan kondisi yang ada, bukanlah yang harus dijadikan persoalan yang tidak dapat diselesaikan, jika itu ditempuh dengan jalan musyawarah, niscaya akan ditemui kesamaan pandangan.
Memahami calon pasangan dari sisi yang lain adalah dengan cara mengetahui latar belakang keluarganya atau lingkungan teman-temannya

Dalam tradisi masyarakat Jawa berlaku ketentuan bahwa pertalian jodoh dilihat dari tiga aspek, yakni aspek ‘Bibit’ (Keturunan), aspek ‘Bebet’ (Kecderdasan/keilmuan) dan aspek ‘Bobot’ (Kekayaan). Namun dalam Islam hal ini tentu tidak demikian, karena yang ada adalah dilihat dari aspek ‘Keimanan’ atau ‘Keagamaan’ bukan aspek kedudukan, kepangkatan atau apalagi aspek kecantikan atau ketampanan (kesemuanya ini termasuk unsur keduniaan).

Mengungkapkan Perasaan
Ketika seseorang sedang jatuh cinta, bunga-bunga seperti bermekaran mengitari dirinya; apalagi tatkala sang kekasih ada disampingnya, betapa senang hatinya. Hidupnya penuh bunga. Namun ia tak dapat mengungkapkan perasaannya terhadap kekasihnya itu, karena rasa gugup dan atau kurang percaya diri yang seharusnya tidak terjadi. Mengungkapkan perasaan kepada kekasih diperlukan keberanian, kalau cinta itu sudah ada di dalam hatinya. Bukan hanya dipendam.

Hal sekecil ini mestinya dapat dilalui dengan aman, tanpa kendala apapun. Masa harus orang lain yang menyampaikan isi hati kita. Lucu bukan !
Ketika gayung bersambut maka komunikasi pun terus berlanjut. Cinta pun melekat di hati. Sang kekasih tak kan pergi.

Melamar Pujaan Hati
Sebelum janur melengkung si ‘dia’ pun boleh dimiliki oleh orang lain. Untuk itulah jika kita telah mantap menentukan pilihan hati kita, maka segeralah meminang si ‘dia’, agar tidak berpindah ke lain hati. Kabarkanlah kepada ke kedua orang tua kita untuk menyampaikan maksud hati kita bahwa kita telah mempunyai pujaan hati nun jauh disana (tapi dekat di hati) atau mungkin dekat di mata untuk melamar dan menjadi isteri kita. Bagi perempuan, sudah tentu menyampaikan maksud hati adalah memohon kepada kedua orangtua untuk segera mendesak pihak ‘lelaki’ agar melamar diri kita dan menjadikan pujaan hati sebagai suami terkasih.

Ketika melangkah ke dalam masalah ini, ada baiknya membicarakan tata cara perhelatan pernikahan antar keluarga, agar dapat tercapainya suatu kesepakatan dan kebersamaan dalam hal penyelenggaraan pesta pernikahan nantinya. Faktor perbedaan adat istiadat akan dapat dipertemukan dalam satu kesempatan musyawarah antar keluarga, yakni keluarga mempelai pria dan keluarga mempeleai wanita.
Adat istiadat orang Jawa jelas berbeda dengan adat istiadat orang Sumatera; apalagi adat istiadat orang Kalimantan, Sulawesi dan Irian.

Bab II
Membina Rumah Tangga
Setiap manusia menginginkan hidup yang harmonis dalam rumah tangganya, tak ada guncangan badai atau angin ribut, semuanya aman-aman saja hingga di hari tua. Sebuah harapan yang wajar dan senantiasa membaluti hati dua insan yang tengah memadu kasih. Pada saat-saat malam pertama dihadapi oleh kedua insan yang berlainan jenis di dalam satu kamar, tentu setiap orang akan menghadapi suatu perasaan yang ‘aneh’ atau ‘baru’, karena yang ada di benak masing-masing ‘mungkin’ terfikir adanya suatu perasaan senang atau bahagia, namun ada juga yang berfikir ‘was-was’ atau ‘cemas’ ketika tengah menghadapi kenyataan bahwa dirinya adalah sepasang suami isteri dan harus dapat membuktikan kemampuan diri untuk membaktikan status terbarunya terhadap pasangan yang dihadapinya. Ada yang menganggap hal biasa dan tak ada masalah, karena seorang pria sebagai suami merasa mampu menjalankan tugas pertama dan utamanya di malam pertama, sebaliknya di sisi seorang wanita sebagai isteri beranggapan juga merasa mampu memberikan layanan terbaik di malam pertama kepada sang suami tercinta.

Bagi mereka yang memiliki perasaan was-was apabila pada saat melaksanakan tugas atau kewajiban sebagai suami isteri ada sedikit gangguan di hatinya, kalau-kalau pada saat malam pertama tidak berhasil atau gagal mempersembahkan pengabdiannya buat pasangan tercintanya. Bagi pria, ada kekhawatiran tidak bisa ‘ereksi’ pada saat melakukan tugas pertamanya di malam pertama/malam pengantin, sedangkan bagi wanita ada kekhawatiran atau rasa takut tidak ‘memuaskan’ suaminya, karena ada ganjalan dalam dirinya yang sudah merasa tidak perawan lagi. ketidak perawanan ini bisa disebabkan karena si wanita pernah melakukan hubungan badan/sex kepada pria sebelumnya dan telah terjadi ‘kecelakaan’ dirinya bukan/tidak perawan lagi, namun masih ‘aman’ (belum hamil) akibat dari perilaku yang salah sebelum dengan suaminya. Kenyataan ini memang dapat terjadi terhadap siapapun.

Perasaan was-was atau rasa bersalah akan hilang/sirna ketika si wanita berani mengatakan secara terus terang pada saat pacaran atau tunangan. Begitupun terhadap si pria yang tak beda jauh dengan si wanita, karena dulunya ia pun pernah melakukan hal yang sama, yakni pernah melakukan hubungan intim dengan kekasihnya dulu.

Membina rumah tangga memang tak mudah, karena dibutuhkan pengetahuan tentang bagaimana membina rumah tangga yang baik, diantara yang perlu diketahui adalah: pertama, sesorang telah memahami dengan benar karakter atau watak dari pasangannya masing-masing; kedua, seseorang telah benar-benar siap menjalani kehidupan berkeluarga atau berumah tangga; ketiga, seseorang telah benar-benar memahami konsekuensi dari hidup berkeluarga atau berumah tangga.. ketiga hal ini kiranya menjadi bahan renungan atau pemikiran ketika seseorang hendak melangsungkan pernikahan atau hidup berumah tangga.

Tugas dan Kewajiban Seorang Suami
Bagi seorang suami sudah barang tentu memiliki tugas dan kewajiban terhadap isterinya, yakni tugas sebagi seorang suami adalah memberi nafkah lahir bathin kepada sang isteri, sedangkan kewajiban suami terhadap isterinya adalah mencintai dengan sepenuh hati, ikhlas dan senang kepada isterinya. Selain itu suami juga memilki tanggung jawab yang penuh menjaga kepercayaan isterinya tatkala dirinya berada di luar rumah, sudah barang tentu disaat tidak bersama sang isteri. Kewajiban suami yang lain adalah mengayomi, merawat dan menjaga serta memperhatikan kebutuhan dari sang isteri. Seperti kebtuhan pangan, papan dan juga sandang, kesemuanya adalah pokok-pokok dalam kehidupan berumah tangga.

Begitu juga suami, harus menyenangkan isterinya, selain kewajiban memberi uang belanja terhadap isterinya. Manjakanlah isteri dengan memberi pakaian yang bagus, alat kosmetik yang bagus (tidak harus mahal). Ketika hendak berangkat ke tempat tugas, ciumlah pipi atau kening isteri, bahkan mengecup bibir (jika belum punya anak bisa lebih leluasa, namun jika sudah punya anak, sebaiknya hanya mencium pipi atau kening saja).
Panggilah isteri dengan sebutan yang menyenangkan, semisal ‘duhai buah cintaku’ atau ‘ duhai pujaan hatiku’ ataupun ucapan-ucapan lain yang sudah disepakati bersama. Tak ada salahnya mengucapkan janji untuk menepati waktu setelah usai menyelesaikan urusan kantor/dinas. Hal ini dimaksudkan untuk memberi rasa aman dan nyaman kepada isteri, bahwa anda akan senantias memegang teguh janji anda terhadap siapapun. Bukan hanya kepada isteri anda.

Tugas dan Kewajiban Seorang Isteri
Bagi seorang isteri juga memiliki tugas dan kewajiban terhadap suaminya, yakni tugas sebagai isteri adalah melahirkan keturunan bagi suaminya, sedangkan kewajibannya adalah memberi pelayanan yang memuaskan dalam hal hubungan suami isteri (hubungan sex). Selain itu isteri juga memilkii tanggung jawab yang penuh menjaga harkat dan martabat dirinya disaat suami pergi dari rumah untuk urusan kantor atau dinas. Kewajiban isteri yang lain adalah mengasuh anak (menyusui, memberi makan dan minum bayinya serta memandikan bayinya), merawat (mendidik) dan membesarkan anak; bahkan kewajiban isteri yang tak kalah penting adalah ia harus pandai bersolek dan memasak. Hal ini dimaksudkan, agar sang suami bisa betah tinggal di rumah, karena suami ingin melihat sang isteri senantiasa menarik dan tidak membosankan. Isteri bukan hanya melulu di dapur, tetapi juga harus memperhatikan apa yang diinginkan suami.

Jadilah isteri yang tidak senantiasa menuntut terhadap suami, hal-hal yang membuat suami menjadi jengkel atau marah. Boleh-boleh saja menyampaikan keinginan kepada suami, sepanjang suami dapat memenuhi keinginan anda. Sebagai seorang suami, sudah barang tentu akan mengerti dan mempehatikan permintaan isterinya, mengingat kemampuan keuangannya yang memadai. Namun jika penghasilan suami tidak memadai/mencukupi dan sekedar pas-pasan buat biaya hidup, maka sang suami akan berfikir sekian kali untuk menjawab atau memenuhi keinginan isterinya.

Tugas Melahirkan Anak
Ketika suatu saat anda ditakdirkan oleh Allah berfungsi sebagai isteri yang sempurna yakni hamil dan melahirkan, maka tugas anda adalah menyusui dan merawat anak hingga anak itu bisa mandiri (tidak menyusi lagi) hingga dua tahun lamanya. Kebahagiaan yang paling lengkap adalah ketika menjadi seorang isteri dapat menyusui anaknya sendiri, tetapi suatu nestapa bila Allah tidak memberinya kepercayaan untuk menyusi anaknya sendiri alias disusui oleh ibu susu (bahkan susu botol). Seorang isteri yang tidak memiliki kemampuan untuk menyusui anaknya, maka yang terfikir olehnya adalah memberinya minum susu botol (yang sudah dimasak terlebih dahulu airnya) buat sang anak tercintanya. Perbedaan susu botol dengan air susu ibu (ASI) adalah sangat jauh berbeda. Air Susu Ibu atau ASI memiliki daya tahan terhadap serangan penyakit, karena dalam ASI terdapat zat antigen atau antibody(???) yang melindungi tubuh si bayi dari zat-zat yang merusak. ASI sangat baik bagi pertumbuhan bayi dibanding dengan susu botol yang biasanya dari sumber Susu Formula. Bahwa belakangan diketahui ternyata di dalam kandungan susu formula terdapat zat atau barang yang sifatnya berbahaya, yakni dinamakan Melamin atau yang lainnya (???).

ASI selain aman, juga nyaman, karena dampak dari menyusui secara langsung selain hygienis juga mempunyai karakteristik sebagai sarana komunikasi sang ibu dengan bayinya. Dimana sang ibu dengan mendekap bayinya ketika menyusui, akan membuat sang bayi terasa nyaman berada dipelukkannya. Tidak semua rumah sakit atau pusat kesehatan masyarakat khusus perawatan, memperhatikan segi pelayanan ini. Kebanyakan sang ibu dipisahkan dari anaknya seusai melahirkan (tentunya sang bayi telah dibersihkan ari-arinya dan dimandikan oleh perawat atau bidan yang menanganinya). Disatu ssi sang bayi diletakkan di box/ranjang bayi, sedangkan disi yang lain sang ibu berbaring dipembaringannya. Baru pada jam-jam atau sat-saat tertentu sang bayi diserahkan perawat atau bidan kepada ibunya untuk diteteki/disusui.

BAB III
KETIKA KEWAJIBAN ITU DILUPAKAN

Siapa yang akan menyangka ketika tiba-tiba rumah tangga dilanda badai, seperti mimpi disiang bolong. Mahligai rumah tangga yang sekian lama dibina hancur berantakan. Perceraian tak dapat dihindari.
Dulu, ketika kita masih berpacaran atau ketika saling menjajaki untuk hidup berumah tangga dengan pasangan kita, mungkin tak terpikirkan atau mungkin juga tak berfikir kalau perkawinan kita bisa berumur singkat. Kebanyakan kita hanya mengenali sifat-sifat pasangan kita sebelum menikah, namun sesudahnya, kita tidak memahami karakter pasangan kita setelah menjadi suami atau isteri kita. Perubahan karakter seseorang bisa berubah mengikuti perubahan waktu atau jaman. Kita baru menyadari ketika tuntutan perceraian datang dari pasangan kita, dengan alasan yang beragam; apakah karena sudah jenuh mengalami penderitaan atau karena alasan kebutuhan ekonomi yang semakin besar dan tidak terpenuhi.

Gara-gara pertengkaran meributkan belum adanya keturunan (anak), antara suami dan isteri saling melemparkan penyebab langkanya keturunan, sang isteri menuduh suaminya impoten, sedangkan sang suami menuduh bahwa isterinyalah yang mandul, keduanya tidak ada yang mau mengakui kelemahan dan kekurangan masing-masing; mereka bersikukuh dengan pendirian masing-masing, bahwa dirinya subur.
Pada lain pasangan, lain lagi persoalannya, yakni hanya karena memperturutkan kemauan orangtuanya yang mengharuskan mereka pindah rumah. Dari pihak keluarga isteri mengatakan bahwa suaminya tidak becus mengurus rumah tangga, sedangkan dari pihak suami bersuara perihal perilaku siterinya yang tidak bisa berhemat dalam penggunaan atau pengelolaan uang belanja.

Pangkal permasalahan yang sebenarnya adalah ketika salah satu atau keduanya lupa akan kewajiban masing-masing dan kurang memahami karakter pasangan secara mendalam atau terlalu terarah kepada pesona kecantikan atau ketampanan dari pasangannya.

Kewajiban apa saja yang mereka lupakan, sehingga terjadi pertengkaran dan kemudian berlanjut dan berlanjut yang pada akhirnya berujung perceraian.

Adakah mereka lalai atau lupa hal-hal sebagai berikut :
Bagi Suami:
1. Menjemput isteri ke kantor.
2. mengantar dan atau menjemput isteri ke pasar.
3. Membantu isteri disaat isteri tidak mampu mengerjakan sesuatu karena habis melahirkan.
4. Memberi uang nafkah kepada isteri.
5. Berpamitan keluar daerah kepada isteri.
6. Menepati janji pulang ke rumah seusai jam kantor;
7. dan lain-lain.
Bagi Isteri:
1. Menyiapkan pakaian yang bersih untuk bersalin suami berangkat ke kantor.
2. Menyiapkan hidangan minuman dan makanan untuk suami ketika hendak berangkat menuju kantor.
3. Mengantar suami ke depan pintu untuk berangkat ke kantor
4. Meyambut suami pulang dari kantor dengan senyuman
5. Menawarkan sesuatu, semisal mau makan atau mau tidur
6. Mencium suami ketika suami hendak berangkat bekerja
7. Menyiapkan hidangan yang lezat bagi suami ketika suami di rumah
8. dan lain-lain.

Ketika hal-hal pokok dilupakan oleh salah satu pihak atau keduanya, maka tak ayal lagi berarti di rumah tangga tersebut sudah tidak berjalan harmonis lagi. Si isteri sudah tak perduli lagi kepada suaminya, begitu juga si suami sudak tak perduli lagi dengan isterinya. Keharmonian sudah tak ada lagi dalam kehidupan mereka, sehingga percekcokan kerap terjadi. Mungkin, bila suami adalah memiliki temperamen yang kasar, sudah bisa dipastikan suami akan mudah menggunakan kekuatan tangannya untuk memukul isterinya. Mungkin juga, bila isteri memiliki temperamen yang kasar, sudah bisa dipastikan isteri akan mengucapkan sumpah serapah dan kebencian mapun caci maki kepada suaminya. Pokoknya, keduanya sudah tidak saling mencinta lagi. Penyelesaian nya sudah tak bisa lagi diharapkan, bahkan terancam terjadi perceraian.

Bab IV
Ketika Badai Datang
Pernikahan agung telah digelar, pesta pun berjalan meriah. Banyak tetamu hadir memberikan ucapan selamat berbahagia, baik tamu undangan dari pihak kedua mempelai seperti keluarga terdekat maupun handai taulan yang datang ke tempat resepsi pernikahan kita di gedung yang terbilang mahal biayanya. Lalu apatah semua itu membuat kita berarti telah selesai perjalanan hidup ini. Belum.

Perjalanan panjang baru saja di mulai, yakni dengan ikatan cinta kita dalam sebuah mahligai rumah tangga. Berikutnya akan datang halangan dan rintangan di depan mata kita. Entah itu yang datangnya dari dalam maupun yang datangnya dari luar.

Kehidupan rumah tangga memang tak selamanya berjalan mulus, terkadang ada pertengkaran dan percekcokan, bahkan menjurus kepada perceraian.

Prahara rumah tangga telah melanda mereka. Perceraian pun menjadi pilihan.
Seorang isteri mengajukan tuntutan cerai kepada suaminya, atau sebaliknya sang suami menjatuhkan talak atau cerai kepada sang isteri. Lalu keduanya bermufakat menyelesaikan perkara itu di pengadilan agama. Tatkala sampai di pengadilan, keduanya menghadap ke petugas pencatat perkara untuk di daftarkan dalam buku administrasi dan diberi nomor register perkara. Selanjutnya mereka menunggu jawaban kapan saatnya menghadap ke pengadilan untuk memulai perkara tersebut disidangkan.

Ketika hari yang ditunggu tiba, ternyata mereka diminta menghadap hakim dan jaksa serta panitera, bahwa perkaranya kalau bisa jangan dilanjutkan dengan perceraian dan dimohon berdamai serta meninjau kembali permasalahan yang terjadi. Menurut pihak pengadilan, mereka memberi nasehat kepada keduanya bahwa suatu perceraian akan berdampak kepada hubungan yang buruk buat mereka sendiri dan bahkan terhadap keturunan mereka. Karena nasehat dari instansi tersebut diabaikan, mereka tetap bersikeras untuk melanjutkan perkaranya dan mereka ingin tetap bercerai.

Sikap keras kepala dari keduanya menyebabkan pengadilan tak kuasa untuk tidak menyidangkan perkara perceraian mereka, meski dengan rasa berat hati terpaksa dilakukanlah persidangan tersebut. Alhasil, keduanya pun bercerai.

Perceraian sebagai pilihan hidup mereka akan membawa konsekuensi yang cukup serius dan berdampak buruk di kemudian hari. Bagi yang belum mempunyai momongan, mungkin tak masalah. Tapi bagi yang sudah mempunyai momongan, lain lagi urusannya. Bisa-bisa dampak yang sangat terasa adalah terhadap anak-anaknya. Si anak bukan cuma kehilangan kasih sayang dari keduanya, tetapi juga bisa kehilangan kepercayaan diri sendiri. Masalahnya, anak akan menjadi trauma mengahadapi masa depannya dan hal-hal lain yang tak terduga di kemudian hari.

Hal lain itu bisa semisal bunuh diri, menjadi pendiam atau pemurung, menjadi anak-anak nakal atau liar (kriminal dan pergaulan bebas). Jika sudah sedmikian parahnya, maka siapa yang bisa atau harus dipersalahkan terhadap perilaku anak yang menyimpang? Orangtuakah atau Si anak?

Beberapa Kesalahan Yang Lazim Dilakukan
Beberapa kesalahan yang dilakukan baik oleh isteri maupun suami adalah sebagai berikut :
1. berbohong/berdusta;
2. curiga/menuduh tanpa sebab;
3. tidak peduli;
4. emosional (emosi tak terkendali);
5. banyak menuntut/banyak berharap;
6. bosan/jenuh;
7. ringan tangan/ringan kaki;
8. mengucapkan/mengeluarkan kata-kata tidak senonoh (kasar);
9. dll.
Kesalahan Lainnya (karakter bawaan)
1. temperamental (mudah marah dan berperilaku kasar);
2. sulit memercayai;
3. mudah menuduh;
4. cemburu yang terlalu;
5. masa bodoh/tidak peduli;
6. sering berbohong;
7. apatis;
8. pesimis/mudah berputus asa.

BAB V
SEBAB-SEBAB TERJADINYA PERCERAIAN
Masalah perceraian bisa disebabkan oleh beberapa hal. Beberapa hal itu adalah:
1.Pernikahan Dini
2.Perbedaan Agama
3.Perbedaan Penghasilan
4.Pengaruh Lingkungan
5.Latar Belakang Pendidikan
6.Tingkat Emosi (Karakter/Watak)
7.Pemahaman Sex

Penjelasan
Pernikahan Dini
Usia yang belum cukup, adalah usia dibawah 17 tahun (ukuran seseorang dianggap dewasa) telah berani mengambil resiko untuk melakukan pernikahan. Usia yang masih rentan dengan emosi, tak percaya diri, kekanak-kanakan, belum mapan, menyebabkan usia pernikahan ini mudah rapuh dan tak tahan lama. Sikap yang belum dewasa dan cenderung kekanak-kanakan adalah penyebab utama dari timbulnya pertentangan/percekcokan. Mereka masih dalam tahap mencari jati dirinya.

Perbedaan Agama
Tidak diperhatikannya masalah agama, bisa menimbulkan akibat yang parah. Nasib anak/anak-anaknya menjadi terpecah belah. Kehidupan anak-anaknya menjadi tidak karuan. Sang anak bingung dalam memilih/menentukan agama yang hendak dianutnya.
Perbedaan Penghasilan

Penyebab dalam masalah ini bisa terjadi, karena ada yang menjadi minder dengan penghasilan pasangannya. Umumnya ini terjadi karena penghasilann suami yang terlalu besar, sehingga isteri menaruh curiga terhadap pengelolaan keuangan yang dilakukan oleh suaminya. Lama kelamaan menjadi kecumburuan yang tak terkendali, apalagi setelah mendengar atau dibarengi issue tak sedap seputar rumah tangga mereka, bahwa sang suami sering menghambur-hamburkan uangnya untuk wanita idaman lain.

Tetapi tak menampik kemungkinan perbedaan pengahsilan justru sang isteri lebih besar dari penghasilan sang suami, dimana sang suami dalam kendali sang isteri. Bahwa sang isteri pernah mengatakan/mengungkapkan bahwa suaminya itu menjadi seperti sekarang ini karena peran dirinya terhadap dia (sang suami). Kesombongan serta merta meliputi diri sang isteri. Suami menjadi tak berdaya, pasrah dan ‘loyo’.

Pengaruh Lingkungan
Siapa bilang tak ada pengaruh lingkungan terhadap perkawinan/pernikahan mereka. Pengaruh lingkungan bisa terjadi terhadap masalah-masalah seperti berikut:

1.Pengaruh teman di kantor/di kampus dan lingkungan rumah akan terjadi, seperti disaat hubungan mereka tidak harmonis datang seorang teman yang memengaruhi, bahwa untuk apa dipertahankan perkawinan kita, kan masih banyak wanita yang lebih cantik, kan masih banyak lelaki yang kaya dan ganteng. Toh perkawinan kamu sepertinya memang harus berakhir. Disana sudah menanti sebuah jawaban.
2.Tadinya hanya iseng mencari hiburan malam, tapi lama kelamaan menjadi ketagihan dan akhirnya terpesona pada teman barunya. Cinta pun berlabuh.
3.Pengaruh keluarga pun bisa terjadi. Malah lebih parah dari pada pengaruh orang luar. Ikut campurnya orangtua/mertua yang mempengaruh dan memperkeruh suasana ketidakharmonisan rumah tangga. Tak ayal sebuah perceraian sudah menanti.

Latar Belakang Pendidikan

Latar belakang pendidikan yang berbuah atau berbuntut pada perbedaan penghasilan disatu sisi. Disisi yang lain adalah tingkat kemampuan/kepandaian yang menyebabkan cara pandang yang tidak pernah bertemu dalam satu titik, yang semestinya dalam sebuah perkawinan seyogyanya dapat menyatukan dua hati dan cara pandang yang berbeda terangkum dalam satu ikatan cinta dan tali perkwainan.

Tingkat Emosi (karakter/watak)
Emosi yang tak terkendali bisa menyebabkan hubungan perkwainan menjadi retak atau renggang dan yang berakhir pada perceraian. Pengendalian diri yang tak dimiliki oleh salah satu dari pasangan akan memengaruhi watak atau karakter suami/isteri dalam suatu ikatan perkawinan/pernikahan. Emosi yang meluap-luap arau meledak-ledak, menuduh ada perselingkuhan dari pasangan, tanpa mencari tahu/mencari sebab dari issue yang diterimanya dari orang luar perkawinan. Ketidakhati-hatian dalam menyelesaikan masalah (terburu-buru) akan menghasilkan penyesalan dikemudian hari seandainya tuduhan itu tidak berdasar/beralasan.

Pemahaman Sex
Tingkat pemahaman sex juga bisa memengaruhi lingkungan perkawinan/pernikahan dalam diri anda berdua. Jika saja persoalan sex dianggap sebagai suatu hal yang dapat dipelajari kemudian, adalah suatu kekeliruan yang tak dapat ditolerir. Keniscayaan dalam pemahaman sex sangat dibutuhkan untuk menunjang hubungan yang harmonis dalam keluarga anda. Berbagai penerbitan, baik buku dan majalah, kiranya perlu menjadi bahan rujukan anda untuk mempersiapkan diri untuk menjalin suatu tali perkawinan/pernikahan. Banyak pasangan yang gagal dalam hubungan/masalah sex, karena menganggap sepele tentang sex itu sendiri. Kejadian yang tak diinginkan akan terjadi, tatkala salah satu pasangan menuntut permainan sex yang tidak lazim dilakukan. Sebagai contoh, seorang teman tidak suka atau tidak mau melakukan hubungan sex dengan gaya ‘doggy style’ atau ‘oral sex’ atau ‘gaya 69’.

Disaat itu memang belum kelihatan dampaknya, akan tetapi lama-kelamaan pasangan anda/kita akan merasa jenuh dan tak lagi bernafsu untuk melakukan hubungan sex. Sudah dapat ditebak, yang terjadi bukan cuma kejenuhan, tetapi putusnya komunikasi diatas tempat tidur anda/kita. Percayalah.
Share this post
  • Share to Facebook
  • Share to Twitter
  • Share to Google+
  • Share to Stumble Upon
  • Share to Evernote
  • Share to Blogger
  • Share to Email
  • Share to Yahoo Messenger
  • More...

0 komentar

:) :-) :)) =)) :( :-( :(( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ :-$ (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer

Kenangan Tak Terlupakan

Hari menjelang pagi ketika bus yang kutumpangi telah sampai di kota Palembang. Aku merasa lelah dan masih terasa kantuk, karena sehari semalam di perjalanan sejak berangkat dari kota Depok untuk menuju kota yang selama ini hanya sebatas angan dan tak pernah kubayangkan akan kusinggahi. Betapa perjalanan yang kutempuh harus melalui sebuah perjuangan yang tak kenal lelah, ketika sebelumnya masih segar dalam ingatan bagaimana aku memohon kebijakasanaan kepada dua orang temanku yang baru saja menikmati jabatan struktural di kantor yang sama denganku. Perjuangan yang panjang memang telah menghasilkan sesuatu yang selama ini aku idam-idamkan, yakni keinginanku untuk menjadi seorang auditor sesuai dengan pendidikan yang telah aku terima beberapa tahun sebelumnya. Dikarenakan kawan-kawanku telah terlebih dahulu menikmati jabatan fungsional yang banyak diinginkan oleh semua orang di kantorku. Termasuk aku sendiri pun menginginkannya. Namun karena kebijakan waktu itu tidak kondusif, maka aku pun tak dapat memperjuangkannya. Panjangnya Birokrasi dan sistem politik yang membelenggu kebebasan berdemokrasi (berbeda pendapat) tidak memungkinkan setiap orang untuk berani mengajukan usulan apalagi tuntutan.

Namun semua itu telah berlalu. Hari kebebasan pun bisa aku nikmati saat ini. Aku berani mengajukan usulan dan tuntutan, meski hasil yang kan didapat tak bisa ditebak. Semua berpulang pada kebijaksanaan kedua kawanku tersebut. Alhasil setelah kutunggu-tunggu usulan dan tuntutan itu membuahkan kemenangan di pihakku. Dari hasil perjuanganku itu masih kurasakan ganjalan yang mengarah pada sentimen dari kawan-kawanku yang tak percaya bahwa usulan dan tuntutanku itupun terpenuhi. Mereka tak percaya dengan alasan bahwa usulan dan tuntutan itu harus keluar biaya dari diri sendiri. Bagi mereka mustahil, jika permintaan itu datang dariku dan dibiayai oleh dinas atau kantor, bukan dari kantongku sendiri. Tapi, apapun ocehan dan atau ucapan mereka, aku hanya menganggap ‘anjing menggonggong kafilah berlalu’. Perduli amat mendengarkan ucapan mereka yang iri atau sentimen dengan usahaku. Terpenting bagiku adalah kenyataan yang kudapat memang demikian adanya. Titik.

Haripun telah menyongsong pagi dan tak lama lagi akan datang siang. Aku menjejakkan kakiku di bumi ‘Sriwijaya’, kata orang Palembang. Aku berharap, pagi yang cerah ini juga akan membawa cerah pula usahaku disini. Cita-cita telah kutanamkan pada jiwa dan batin ini, semoga aku mendapatkan kebahagiaan.

Hari pertama aku belum melakukan tugas atau kegiatan apapun di kantor yang baru. Aku hanya melapor kedatanganku kepada Kepala Perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan wilayah II Palembang. Waktu yang ada aku gunakan untuk berkenalan atau memperkenalkan diri kepada kawan-kawan baruku, meski ada juga beberapa kawan lamaku yang dulunya dari kantor di Jakarta, tetapi mereka pindah kesini telah lebih dulu dari aku. Ada kawanku yang kuanggap sukses setelah berpindah dari kantor Jakarta. Ini yang memotivasi, kalau akupun harus sukses seperti kawanku itu. Kawanku itu berinisial KD (yang beserta isteri dan anaknya pindah ke Medan sebelumnya). Ia sukses dengan memiliki rumah dan mobil sendiri (yang sebelumnya aku tahu kalau dia itu seperti apa). Aku melihat sisi positifnya dan dapat kupelajari sebagai bekal aku hidup disini. Aku tak mau hanya terpesona atau terpaku dengan keberhasilannya, bagiku langkah selanjutnya adalah menata hari-hari berikut yang akan aku lalui. Segala daya upaya akan aku lakukan untuk mencapai tujuanku.

Hari kedua aku masih seperti hari kemarin, belum melakukan kegiatan sebagimana layaknya bekerja di kantor. Aku saat itu masih memikirkan posisi aku yang belum mempunyai unit kerja, karena masih bersifat sementara, dimana keadaan kantor baru saja berbenah sehabis pindahan dari kantor yang lama di Jalan Demang Lebar Daun ke Jalan Kapten Anwar Sastro atau lebih dikenal dengan sebutan Jalan Lorong Kulit. Ya, jalan lorong kulit memang nama yang diberikan waktu itu dan orang-orang pun lebih kenal dan tahu nama jalan itu meski sudah berganti nama. Pada hari kedua aku meminta izin kepada atasanku untuk mencari tempat tinggal sementara sebelum keluargaku ikut bersamaku. Keluargaku masih tinggal di Kota Depok – Jawa Barat dikarenakan aku harus mencari tempat tinggal dan sekolah untuk mereka. Aku memiliki lima orang anak yang terdiri dari tiga orang puteri dan dua orang putera yang kesemuanya harus kuurus kebutuhannya. Aku mencari tempat penginapan/rumah sewa untuk keluargaku, yang menurut aku harus dekat dengan kantor dan juga sekolah anak-anakku. Selain itu biaya sewa yang tak terlalu mahal atau terjangkau. Karena aku belum mengerti seluk beluk Kota Palembang, ditambah lagi cerita-cerita yang kurang sedap tentang masyarakat palembang yang suka main ‘tujah’ atau tusuk. Benarkah demikian?

Dalam perjalan kisahku ini akan terjawab apa yang telah aku terima gambaran dari perilaku masyarkat Palembang yang ‘kriminal’ ternyata salah dan tak semuanya seperti itu. Di awal-awal aku singgah atau tinggal di Kota Palembang, perasaan was-was atau takut masih menempel dibenakku. Bila malam tiba, aku lebih banyak mengurung diri di dalam kamar, tapi sekali-sekali aku bercengkerama dengan teman satu kost, untuk mengusir kesendirianku di perantauan. Aku mulai memiliki teman. Aku mulai berkenalan dengan teman-reman satu kost. Satu persatu aku tahu siapa mereka. Ada yang bekerja di swasta, tapi kebanyakan adalah pegawai negeri sipil, termasuk teman sekantor yang bernama Zawernis Duko yang asal padang-Sumatera Barat dan Untoro yang asal Jawa.

O ya, aku bisa mendapatkan tempat kost-an karena jasa seseorang yang sebenarnya adalah atasanku di kantor. Beliaulah yang menunjukkan tempat kost-an tersebut kepadaku, yang ternyata sangat dekat dengan kantorku. Beliau telah meninggal dunia pada tahun 2007, setelah aku pindah di Lampung (Kota Bandar Lampung). Aku dan juga keluarga merasa ikut kehilangan atas berpulang kerahmatullahnya, karena beliau punya jasa yang tak kan pernah kami lupakan selamanya. Selama keberadaanku di kantor perwakilan di palembang, aku sangat terbantu dalam tugas-tugas pemeriksaan. Sebagai contoh, aku mendapat tugas hingga lima (5) kali dalam tahun 2005, sampai sampai banyak teman yang iri dan curiga dengan kedekatanku pada beliau itu. Sungguh aku dekat dengan bleiau karena faktor perteman/persahabatan dan juga kekeluargaan, sehingga murni tak ada maskud lain.

Hari demi hari kulalui, tak terasa tahunpun berganti. Banyak cobaan datang silih berganti. Kenyamanan dalam aku bekerja terasa semakin menurun, dikarenakan adanya tekanan, gunjingan, bahkan finahan yang datang mengahmpiriku....(bersambung)

“Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: “Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?” Isa menjawab: “Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang gaib-gaib”. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan) nya yaitu: “Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu”, dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan (angkat) aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu.” (QS. Al Maaidah: 116-117).

Fauna

Fauna
Penguin yang cantik

Search

 
Posts RSSComments RSSBack to top
© 2011 Kesusasteraan Indonesia ∙ Designed by BlogThietKe | Distributed by Rocking Templates
Released under Creative Commons 3.0 CC BY-NC 3.0