
Hafalan Shalat Delisa, kisah yang berlatar belakang bencana tsunami Aceh tahun 2004 lalu, menambah kaya khasanah film berkualitas yang masih minim di negeri ini. Film yang ber-genre drama dan bernuansa islami ini sarat dengan pesan-pesan kemanusiaan, keberagaman, semangat hidup, keikhlasan serta bagaimana mengubah kesedihan menjadi kekuatan yang memberikan energi positif bagi orang-orang di sekitarnya yang sudah kehilangan harapan.
Semua semangat itu ditularkan oleh seorang anak perempuan bernama Delisa, yang dengan ketabahan dan keceriaannya berhasil mengatasi rasa duka akibat kehilangan orang-orang yang dicintai, bukan hanya untuk dirinya sendiri tapi juga orang-orang di sekitarnya yang mengalami penderitaan yang sama.
Kisah film ini dibuka dengan kehidupan sebuah keluarga muslim yang utuh, keluarga Umi Salamah (Nirina Zubir) dan empat orang anak perempuannya bernama Fatimah (Ghina Salsabila), si kembar Aisyah (Reska Tania Apriadi) dan Zahra (Riska Tania Apriadi), dan si bungsu bernama Delisa (Chantiq Schagerl).
Keluarga bahagia itu tinggal di desa Lhok Nga, Aceh yang terletak di tepi pantai. Saat tsunami terjadi, mereka cuma berlima karena sang ayah, yang biasa dipanggil Abi Hasan (Reza Rahadian) sedang bekerja di di sebuah kapal tanker perusahaan minyak internasional.

Dalam tradisi keluarga Delisa, Umi Salamah akan memberikan hadiah berupa seuntai kalung untuk anak-anaknya yang berhasil lulus ujian praktek salat. Semua kakak Delisa sudah mendapatkanya, tinggal Delisa yang belum, karena ia belum ikut ujian praktek salat.
Delisa begitu rajin dan bersemangat menghafal bacaan shalat, setelah Umi membelikannya kalung berinisial 'D'. Tapi kalung itu baru akan diberikan, setelah Delisa dinyatakan lulus ujian praktek salat.
Hari ujian yang ditunggu Delisa pun tiba. Saat itu tanggal 26 Desember 2004, Umi dan Delisa sudah bersiap-siap akan menuju tempat ujian praktek salat, ketika tiba-tiba yang cukup keras mengguncang dan membuat Delisa ketakutan. Tapi gempa akhirnya reda, Umi dan Delisa pun berangkat ke tempat ujian praktek salat. Sedangkan ketiga kakak Delisa, tinggal di rumah.
Di tempat ujian, Delisa gelisah menanti gilirannya. Umi menyemangati agar Delisa tak lupa hafalan salatnya. Ketika tiba giliran Delisa, tiba-tiba air bah datang. Orang-orang berlarian menyelamatkan diri, tapi Delisa tetap konsentrasi membaca bacaan salatnya. Yang ada di pikirannya saat itu, ia bisa lulus ujian praktek salat dan mendapatkan kalung berinisial D dari uminya. Delisa tak paham bahaya yang sedang menghantam, tsunami meluluhlantakkan Aceh termasuk desa Lhok Nga, tempat keluarga Delisa tinggal.
Delisa selamat dalam bencana itu, meski salah satu kakinya diamputasi. Ia diselamatkan oleh relawan internasional, seorang prajurit marinir AS bernama Smith, dan seorang suster bernama Sophie yang kemudian menjadi sahabat Delisa. Bersyukur Delisa akhirnya bisa bertemu dengan abi-nya.

Keceriaan dan senyum Delisa yang membuat orang disekitarnya terharu dan jadi ikut bersemangat, meski mengalami kehilangan yang menyakitkan akibat bencana tsunami. Lalu bagaimana kisah Delisa selanjutnya, apakah ia berhasil menemukan umi-nya, apakah ia akhirnya mendapatkan kalung berinisial D yang diidam-idamkanya, apakah ia berhasil lulus dalam praktek ujian salat?
Hafalan Shalat Delisa adalah film yang menyentuh. Beberapa adegan dan dialog akan membuat kita meneteskan air mata. "Delisa cinta Umi karena Allah", "Delisa cinta Abi karena Allah", begitu kata Delisa.
Bukan Sekedar Film

Sementara penulis novelnya, Tere Liye mengaku tidak pernah menyangka novel Hafalan Shalat Delisa yang ditulisnya ini akan sampai pada tahap difilmkan.
"Setiap orang punya cara untuk mengungkapkan kejadian itu (tsunami Aceh) dengan cara yang lebih baik. Saya hanya punya keyakinan yang kokoh bahwa selalu ada hikmah dibalik kejadian besar ini," kata Tere dalam keterangan pers usai pemutaran film.
Penulis novel yang sehari-harinya berprofesi sebagai akuntan itu menambahkan, ia berharap orang-orang yang belum membaca novelnya atau tidak suka membaca, juga mendapatkan manfaat setelah menyaksikan versi film Hafalan Shalat Delisa.
Buat beberapa pemain dan kru film, film ini ternyata memberikan pengaruh luar biasa. Al-Fathir Muchtar (yang memerankan Ustaz Rahman) misalnya, mengaku jadi termotivasi menghatamkan Al-Quran setelah menyelesaikan proses pembuatan film ini.
Salah satu kru, Cesa David Luckmansyah, penyunting gambar, mengaku kembali terdorong untuk menghafalkan bacaan shalatnya, yang sudah agak sedikit terlupa.
Semoga Hafalan Shalat Delisa juga memberi pengaruh positif bagi seluruh keluarga Indonesia. Selamat menonton. (mglena)
0 komentar